harry roesli
(mohon maaf) Lupakan Pemerintah!
MOHON maaf, judul kolom ini memang rasanya agak agitatif. Tetapi, sebuah kenyataan bahwa cukup banyak jumlah orang-orang yang bersikap "dingin" dalam menanggapi ajang "The President Idol" saat ini, di negeri ini… mohon maaf.
Teman saya si Hade menganggap bahwa siapa pun presiden terpilih-mohon maaf-bisa dipastikan tidak akan membuat perubahan apa pun bagi dia! Secara guyon dia bilang bahwa kelima pasang capres dan cawapres yang saat ini sok akrab sama pedagang pasar kumuh, nanti setelah "ca"-nya hilang alias sudah jadi pres dan wapres, jangan–jangan kembali lagi ja-im (jaga image) kepada orang kumuh… mohon maaf.
Si Hade pun becanda bahwa kelima pasang capres dan cawapres yang sekarang berkoar akan memberantas korupsi, setelah terpilih nanti jangan–jangan malahan akan menjadi-mohon maaf-pendukung AFI alias Akademi Forupsi Indonesia!
Bahkan, teman–teman si Hade pun melucu bahwa-mohon maaf-para "capcay" dan "wacapcay" yang sekarang berkampanye soal pendidikan murah, nantinya sih bukan membuat pendidikan murah tetapi-mohon maaf-pendidikan murahan! Arti kata kampanye di kamus Indonesia-indonesia yang baru ialah… gombal! Iya kan?… Mohon maaf!
Nah, atas dasar itulah, si Hade dan kawan-kawan, yang bisa disebut sebagai orang-orang mandiri dan kreatif, tidak akan pernah menggantungkan nasib mereka kepada siapa pun- mohon maaf-termasuk pemerintah. Makanya mereka merasa tidak perlu untuk mempergunjingkan siapa yang akan jadi presiden terpilih nanti. Toh-mohon maaf-siapa pun presidennya, sami mawon, tidak akan berpengaruh pada eksistensi mereka. Jadi, pilpres, pilwapres, pilgub, pil-pil yang lain, termasuk-mohon maaf-pil KB, buat apa dipikirin? Siapa pun "ca" yang nantinya jadi "bo"… eh maaf "pres", silakan! Hade dan kawan-kawan ini orang mandiri dan tidak akan tergantung pada siapa pun presidennya, mohon maaf!
GOLPUTKAH orang-orang kreatif dan mandiri seperti si Hade dan kawan-kawan ini? Oh-mohon maaf-tidak! Mereka tetap akan nyoblos salah satu pasang "ca-ca" ini, tetapi- mohon maaf-yang dicoblos asal-asalan saja, alias yang mana saja, toh semua pasangan itu-mohon maaf-akan menghasilkan hasil yang (lagi-lagi) sami mawon!
Apakah mereka dilanda krisis kepercayaan? Oh-mohon maaf-tidak! Mereka tetap percaya, presiden nanti... tidak dapat dipercaya! Mohon maaf!
Membangkangkah si Hade dan konco-konconya ini? Oh- mohon maaf-tidak! Buktinya mereka selalu taat hukum dan kewajiban. Mereka juga patuh membayar retribusi sampah kendati ditarik dua kali, yaitu membayar ke pemkot dan juga membayar lagi retribusi tadi ketika harus membayar rekening listrik (tetapi-mohon maaf-toh tetap mereka harus membuang sampah sendiri). Dan, mereka pun tidak pernah terlambat membayar retribusi pajak jalan, walaupun lampu jalan di depan rumah mereka-mohon maaf-tidak pernah menyala sejak tahun 1945.
MENURUT teman saya si Dansat, orang–orang kreatif dan mandiri seperti Hade ini bersentuhan dengan birokrat hanya ketika mereka mengurus KTP. Makanya siapa pun presidennya, mereka tetap eksis. Bahkan, tidak ada presiden sekalipun-mohon maaf-mereka tetap saja eksis. Jadi, buat mereka pemilihan capres atau capcay bahkan caplang sekalipun-mohon maaf- gak ngaruh (tidak berpengaruh)!
Orang-orang yang merasa nasionalis-mohon maaf-tetapi sempit pikirannya tentu akan menyebut mereka egois apolitis. Pasti kaum heroik-mohon maaf-yang membabi-buta akan menganggap mereka kurang "merah-putih" dan apatis. Mungkin benar, tetapi paling tidak eksistensi mereka tidak tergantung pada pemerintah. Bagaimanapun-mohon maaf-mereka minta izin untuk "berbisik lembut", go to hell with the government (tanpa tanda seru).
Mereka beralasan, "Pemerintah? Wah, mohon maaf, tidak pernah memberi apa pun pada kami tuh! Sebenarnya pemerintah wajib mengurus warganya, tetapi-mohon maaf-yang diurus kan kelu-warganya saja. Jadi-mohon maaf-buat apa mikirin pemerintah, toh mereka tidak pernah mikirin kami (mohon maaf, ya)! Lagi pula kami bukan pengemis. Jadi, kami pun-mohon maaf-minta izin untuk berkata lirih dalam hati kami; go to hell with all the bureaucrat (tanpa tanda seru)".
Ketika seseorang berteriak , "Saat ini kita harus memilih calon yang benar supaya mendapatkan pemerintah yang benar!"
Jawabannya, "Mohon maaf Mas, nonsens-lah kalau untuk saat ini! Sebelum sistem seperti ini diubah-mohon maaf-maka hasilnya akan begitu-begitu saja! Sebelum sistem seperti ini dihancurkan-mohon maaf-yang jadi elite ya dia-dia lagi! Sebelum sistem ini diganti-mohon maaf-tetaplah mereka- mereka saja yang berkuasa!
Dengan begitu, bagaimana kita bisa mengharapkan perubahan jika-mohon maaf-yang namanya pemerintah masih doi-doi juga! Orla… (maaf) ada! Orba… (maaf) banyak! Militer… (maaf) come back! Koruptor… (maaf) ya doi itu! DPR… (maaf) maling! DPRD… (maaf) ditangkap jaksa!
Untuk itulah kalau hasilnya sami mawon-mohon maaf-apa yang bisa kita harapkan dari pemerintahan yang baru nanti. Sebaiknya kita berusaha menentukan nasib kita dengan tangan kita sendiri. Mohon maaf, jangan berharap banyak dari pemerintah! Jadi-mohon maaf-lupakan pemerintah, toh pemerintah juga (pascakampanye) akan melupakan kita!!
Anarkiskah ini? Ah, mohon maaf, kami warga yang tetap berhenti di perapatan jika lampu merah menyala. Bahkan, kami sangat tidak setuju anarkisme! Mohon maaf, kami hanya mohon izin untuk bergumam di kamar mandi pribadi kami; absolutely no need for the government (tanpa tanda seru)".
"Mohon maaf"
"Lho?"
MOHON maaf, judul kolom ini memang rasanya agak agitatif. Tetapi, sebuah kenyataan bahwa cukup banyak jumlah orang-orang yang bersikap "dingin" dalam menanggapi ajang "The President Idol" saat ini, di negeri ini… mohon maaf.
Teman saya si Hade menganggap bahwa siapa pun presiden terpilih-mohon maaf-bisa dipastikan tidak akan membuat perubahan apa pun bagi dia! Secara guyon dia bilang bahwa kelima pasang capres dan cawapres yang saat ini sok akrab sama pedagang pasar kumuh, nanti setelah "ca"-nya hilang alias sudah jadi pres dan wapres, jangan–jangan kembali lagi ja-im (jaga image) kepada orang kumuh… mohon maaf.
Si Hade pun becanda bahwa kelima pasang capres dan cawapres yang sekarang berkoar akan memberantas korupsi, setelah terpilih nanti jangan–jangan malahan akan menjadi-mohon maaf-pendukung AFI alias Akademi Forupsi Indonesia!
Bahkan, teman–teman si Hade pun melucu bahwa-mohon maaf-para "capcay" dan "wacapcay" yang sekarang berkampanye soal pendidikan murah, nantinya sih bukan membuat pendidikan murah tetapi-mohon maaf-pendidikan murahan! Arti kata kampanye di kamus Indonesia-indonesia yang baru ialah… gombal! Iya kan?… Mohon maaf!
Nah, atas dasar itulah, si Hade dan kawan-kawan, yang bisa disebut sebagai orang-orang mandiri dan kreatif, tidak akan pernah menggantungkan nasib mereka kepada siapa pun- mohon maaf-termasuk pemerintah. Makanya mereka merasa tidak perlu untuk mempergunjingkan siapa yang akan jadi presiden terpilih nanti. Toh-mohon maaf-siapa pun presidennya, sami mawon, tidak akan berpengaruh pada eksistensi mereka. Jadi, pilpres, pilwapres, pilgub, pil-pil yang lain, termasuk-mohon maaf-pil KB, buat apa dipikirin? Siapa pun "ca" yang nantinya jadi "bo"… eh maaf "pres", silakan! Hade dan kawan-kawan ini orang mandiri dan tidak akan tergantung pada siapa pun presidennya, mohon maaf!
GOLPUTKAH orang-orang kreatif dan mandiri seperti si Hade dan kawan-kawan ini? Oh-mohon maaf-tidak! Mereka tetap akan nyoblos salah satu pasang "ca-ca" ini, tetapi- mohon maaf-yang dicoblos asal-asalan saja, alias yang mana saja, toh semua pasangan itu-mohon maaf-akan menghasilkan hasil yang (lagi-lagi) sami mawon!
Apakah mereka dilanda krisis kepercayaan? Oh-mohon maaf-tidak! Mereka tetap percaya, presiden nanti... tidak dapat dipercaya! Mohon maaf!
Membangkangkah si Hade dan konco-konconya ini? Oh- mohon maaf-tidak! Buktinya mereka selalu taat hukum dan kewajiban. Mereka juga patuh membayar retribusi sampah kendati ditarik dua kali, yaitu membayar ke pemkot dan juga membayar lagi retribusi tadi ketika harus membayar rekening listrik (tetapi-mohon maaf-toh tetap mereka harus membuang sampah sendiri). Dan, mereka pun tidak pernah terlambat membayar retribusi pajak jalan, walaupun lampu jalan di depan rumah mereka-mohon maaf-tidak pernah menyala sejak tahun 1945.
MENURUT teman saya si Dansat, orang–orang kreatif dan mandiri seperti Hade ini bersentuhan dengan birokrat hanya ketika mereka mengurus KTP. Makanya siapa pun presidennya, mereka tetap eksis. Bahkan, tidak ada presiden sekalipun-mohon maaf-mereka tetap saja eksis. Jadi, buat mereka pemilihan capres atau capcay bahkan caplang sekalipun-mohon maaf- gak ngaruh (tidak berpengaruh)!
Orang-orang yang merasa nasionalis-mohon maaf-tetapi sempit pikirannya tentu akan menyebut mereka egois apolitis. Pasti kaum heroik-mohon maaf-yang membabi-buta akan menganggap mereka kurang "merah-putih" dan apatis. Mungkin benar, tetapi paling tidak eksistensi mereka tidak tergantung pada pemerintah. Bagaimanapun-mohon maaf-mereka minta izin untuk "berbisik lembut", go to hell with the government (tanpa tanda seru).
Mereka beralasan, "Pemerintah? Wah, mohon maaf, tidak pernah memberi apa pun pada kami tuh! Sebenarnya pemerintah wajib mengurus warganya, tetapi-mohon maaf-yang diurus kan kelu-warganya saja. Jadi-mohon maaf-buat apa mikirin pemerintah, toh mereka tidak pernah mikirin kami (mohon maaf, ya)! Lagi pula kami bukan pengemis. Jadi, kami pun-mohon maaf-minta izin untuk berkata lirih dalam hati kami; go to hell with all the bureaucrat (tanpa tanda seru)".
Ketika seseorang berteriak , "Saat ini kita harus memilih calon yang benar supaya mendapatkan pemerintah yang benar!"
Jawabannya, "Mohon maaf Mas, nonsens-lah kalau untuk saat ini! Sebelum sistem seperti ini diubah-mohon maaf-maka hasilnya akan begitu-begitu saja! Sebelum sistem seperti ini dihancurkan-mohon maaf-yang jadi elite ya dia-dia lagi! Sebelum sistem ini diganti-mohon maaf-tetaplah mereka- mereka saja yang berkuasa!
Dengan begitu, bagaimana kita bisa mengharapkan perubahan jika-mohon maaf-yang namanya pemerintah masih doi-doi juga! Orla… (maaf) ada! Orba… (maaf) banyak! Militer… (maaf) come back! Koruptor… (maaf) ya doi itu! DPR… (maaf) maling! DPRD… (maaf) ditangkap jaksa!
Untuk itulah kalau hasilnya sami mawon-mohon maaf-apa yang bisa kita harapkan dari pemerintahan yang baru nanti. Sebaiknya kita berusaha menentukan nasib kita dengan tangan kita sendiri. Mohon maaf, jangan berharap banyak dari pemerintah! Jadi-mohon maaf-lupakan pemerintah, toh pemerintah juga (pascakampanye) akan melupakan kita!!
Anarkiskah ini? Ah, mohon maaf, kami warga yang tetap berhenti di perapatan jika lampu merah menyala. Bahkan, kami sangat tidak setuju anarkisme! Mohon maaf, kami hanya mohon izin untuk bergumam di kamar mandi pribadi kami; absolutely no need for the government (tanpa tanda seru)".
"Mohon maaf"
"Lho?"
0 Comments:
Post a Comment
<< Home